Minggu, 26 Juli 2009





Intel® Core Duo T4200 Processor
(2.0GHz - 1Mb L2 - 800MHz)
Intel GL40 Express Chipset
1Gb DDR2 667MHz Memory
160Gb HDD 5400rpm
DVD±RW Super Multi Drive
14.1" WXGA Crystalbrite
LAN 10/100 Mbps
Intel PRO Wireless 802.11b/g
1xVGA, 3xUSB 2.0 ports, 1xRJ -45, 1xHeadphone, 1xmicrophone-jack
Integrated Acer Crystal Eye Webcam
Linux

Jumat, 24 Juli 2009

CARA MENGHITUNG BUNGA UNTUK DEPOSITO

Cara menghitung bunga deposito sangat mudah, tidak serumit menghitung bunga harian tabungan. Lebih baik saya langsung kasih contoh saja ya supaya lebih jelas.

Misalnya Anda menempatkan uang Anda dalam bentuk deposito sebesar Rp 10 juta dengan suku bunga 10% per tahun. Ingat pajak 20% jika uang Anda lebih dari Rp 7,5 juta! Berarti bunga bersih Anda setelah dipotong pajak adalah 8% per tahun.

Nah, untuk menghitung jumlah bunga yang akan Anda terima adalah begini:

BUNGA KOTOR per tahun = nominal uang Anda X suku bunga
BUNGA BERSIH per tahun = bunga kotor - (tingkat pajak X bunga kotor)
BUNGA BERSIH per bulan = (bunga bersih per tahun / 365) X jumlah hari dalam bulan berjalan

Bingung? Rumit? Nggak lah... ayo kita hitung bunga deposito dari contoh di atas:

BUNGA KOTOR per tahun = 10.000.000 X 10% = 1.000.000
BUNGA BERSIH per tahun = 1.000.000 - (20% X 1.000.000) = 800.000

Kalau bulan berjalan adalah bulan Agustus yang berjumlah 31 hari, maka bunga Anda untuk bulan Agustus adalah:

800.000 / 365 X 31 = 67.945

Kenapa dibagi dahulu dengan 365? Karena dalam 1 tahun ada 365 hari.

Gak rumit kan? Apalagi kalau ngitungnya pakai kalkulator dagang, enak dan cepat sekali. Anda tinggal tekan:



10juta X 10 % - 20 % / 365 X 31 hasilnya pasti sama. Tapi kalau pakai kalkulator scientific gak akan bisa enak gitu. Maka dari itu kalau menghitung uang paling enak pakai kalkulator dagang. Eh.. ngomong-ngomong tau kan yang dimaksud kalkulator dagang? Itu lho.. kalkulator yang biasanya tombolnya gede-gede..

Ingat! Apabila Anda memiliki deposito dan tabungan dalam 1 bank dan total uang Anda lebih dari Rp 7,5 juta, maka bunga dari tabungan dan bunga dari deposito keduanya dikenakan pajak!

Nah, sekarang Anda sudah tahu cara menghitung bunga deposito, ayo mulai menabung di deposito! Kalau Anda punya tabungan di Bank, begitu jumlahnya sudah mencapai jumlah minimal penempatan deposito (biasanya Rp 1 juta) akan sangat baik kalau Anda tempatkan ke deposito. Selain bunganya lebih tinggi, juga lebih aman karena tidak bisa Anda ambil kapan saja, jadi kemungkinan uang tersebut Anda ambil lebih kecil. Demikian terus menerus, maka Anda akan memiliki tabungan yang jumlahnya terus membesar.

Oh ya, bunga deposito sebaiknya jangan diambil, tetapi di-roll over. Maksudnya, bunga deposito itu langsung masuk lagi ke nominalnya. Dalam contoh di atas, bila bunganya di-roll over, maka nominal deposito Anda akan menjadi Rp 10.067.945 dan bunga bulan selanjutnya dihitung berdasarkan jumlah tersebut, bukan dari 10 juta lagi. Jadi, bunga berbunga kan? Itulah yang namanya compound interest yang disebut oleh Albert Einstein sebagai salah satu keajaiban dunia. Dengan demikian, uang Anda akan lebih cepat lagi berkembang biak.

Apabila Anda merupakan pemula dalam bidang investasi atau memiliki dana yang terbatas, mulailah berinvestasi dengan deposito sambil Anda mulai mempelajari instrumen investasi lain yang tingkatannya lebih tinggi, saham misalnya.

Rabu, 17 Juni 2009

Pembaca, berguru tidaklah hanya pada dosen di ruang kuliah saja. Tapi, juga pada alam. Alam yang menjadi ruang seluruh denyut kehidupan ini bisa menjadi mahaguru yang baik. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari alam. Kita bisa belajar banyak tentang filosofi hidup. Bahkan, apa yang tidak ada dalam buku-buku dan diktat-diktat pelajaran, bisa kita dapatkan dalam buku raksaksa bernama ALAM!
Nah, kali ini, saya ingin mengajak pembaca untuk belajar dari pohon bambu. Alkisah, ada seorang pemuda yang bertekad menjadi seorang pendekar sakti. Ia mengembara untuk mencari seorang guru terbaik yang bisa mengajarinya ilmu bela diri. Setelah ketemu, ia berusaha keras agar guru sakti itu mau menerimanya menjadi muridnya. Namun, ada satu syarat yang diminta guru itu, yakni harus mengikuti pelajaran apa pun yang diberikan guru itu. Pemuda itu menyanggupi.


Guru itu menyuruh si pemuda untuk menimba air, mencuci baju, dan memanjat pohon untuk mencari sarang burung dan telurnya. Itu harus dilakukan setiap hari tanpa absen satu pun. Lama kelamaan, selama dua tahun, pemuda itu mulai gelisah. Kebosanan mulai merayap di hatinya. Ia merasa ‘dikerjain’ oleh gurunya. Pada tahun ketiga, kebosanan seakan memuncak dan membuatnya berani mengungkapkan protes pada gurunya. Ia siap mengundurkan diri dari padepokan. Sang guru tahu benar isi hati pemuda itu. Diajaklah pemuda itu ke sebuah taman penuh dengan tanaman bambu. Sang guru menyuruh pemuda itu mencabut satu pohon bambu saja. Pemuda itu mencoba dan tidak berhasil. Ia mencobanya berkali-kali dan kegagalan yang sama terulang terus.

Guru itu mulai bercerita soal pohon bambu. Bambu, katanya, adalah tanaman yang unik. Waktu ditanam, kurang lebih empat tahun pertama, bambu belum menampakkan pertumbuhannya yang penting. Tapi, pada saat itulah, akar-akar bambu tumbuh subur. Pada tahun kelima, setelah pertumbuhan akarnya selesai, barulah batang bambu akan muncul. Tumbuh, menjulang ke atas langit. “Itulah yang sedang kamu pelajari. Belajarlah dari pohon bambu ini. Kalau kamu mau menjadi orang hebat dan besar, kamu harus membangun pondasinya lebih dulu. Itulah yang sedang saya latihkan padamu selama tiga tahun ini,” kata guru itu. Pemuda itu pun mulai menyadari maksud gurunya. Ia malu dan melanjutkan pelajaran beladirinya.

Kita perlu belajar seperti pemuda itu. Untuk menjadi baik dan memperoleh kesuksesan, tidak ada jalan lain selain ketekunan dan kegigihan dalam berusaha. Namun, orang cenderung males berproses, apalagi kalau proses itu sarat dengan kerja keras, keringat, dan penderitaan. Filosofi bambu ini mengajarkan kita untuk setia menanam dan merawat. Memang hasilnya tidak akan langsung kelihatan Tetapi, selama kita terus maju dengan gigih dan berusaha, pada saatnya kita akan memetik hasilnya. Persis seperti suatu kata bijak, orang yang pergi ke ladang dengan cucuran air mata akan pulang bersama berkas panennya dengan sorak-sorai. Intinya, tidak ada kesuksesan sejati yang gratis.

Pelajaran kedua dari bambu adalah soal karakter dan cara hidupnya. Bambu adalah satu-satunya tanaman di Asia Pasifik yang fungsinya sangat banyak. Ia pun bisa hidup di alam dengan ragam cuaca, dari tropis ke subtropis. Dari klasifikasinya, bambu tergolong dalam tanaman rumput. Tapi, bambu adalah rumput spektakuler. Tingginya terentang dari 30 cm sampai 30 meter. Ia sebuah tanaman rumput yang unik. Nah, inilah pelajarannya. Meskipun berlatar tanaman rumput, bambu menjadi beda lantaran karakternya. Kegunaan dan caranya bambu mengekspresikan dirinya menjadikan bambu sebagai rumput yang berbeda. Dalam kehidupan pun, latar belakang kita sebenarnya bukanlah penentu. Tetapi, bagaimana kita berupaya mengekpresikan potensi diri, tidak peduli latar belakang yang ada. Itulah yang akhirnya, membuat kita menjadi pribadi yang luar biasa.

Filosofi bambu lainnya adalah soal kegigihan dan keinginan untuk hidup dalam situasi sulit sekalipun. Saat Hiroshima dan Nagasaki dihujani bom atom, hampir seluruh kehidupan di wilayah itu hancur, semua bangunan rata dengan tanah. Tapi, tidak lama, ada jenis mahkluk hidup yang kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Tak lain adalah bambu. Hal ini mengajari kita untuk tidak terkungkung oleh masa lalu, kegagalan, tetapi segera bangkit untuk berusaha maju. Tidak berlama-lama mengutuki kegelapan, tetapi segera bangkit untuk menyalakan pelita.

Soal ini, bisa belajar dari petinju legendaris George Foreman. Foreman kalah telak oleh Muhammad Ali pada tahun 1974 di Kinshasa, Zaire. Ini adalah peristiwa mengejutkan sekaligus memalukan. Foreman yang sebelumnya dielu-elukan bakal di atas angin, justru kalah. Banyak orang, termasuk supporternya, ikut mencaci makinya. Dunia pun segera melupakannya. Tapi, Foreman tidak mau dibekap oleh kegagalan itu. Ia mau menunjukkan sebagai pemenang sejati. Ia banting stir menjadi wirausahawan. Bahkan, pada tahun 1994, ia kembali naik ring dan mengalahkan Michael Moorer. Kemenangan ini menjadikan Foreman sebagai petinju tertua yang memenangkan sabuk tinju kelas berat. Itulah ‘karakter bambu’ pada diri Foreman.

Terakhir, bambu juga mengajari kita soal fleksibilitas. Jarang, kita menyaksikan bambu roboh. Di tengah tumbangnya pohon-pohon lain akibat serangan angin puting beliung, bambu tetap kokoh tak bergeming. Selain karena akarnya yang kuat, juga batangnya yang bergoyang bersama angin. Akibatnya, dalam cuaca dan angin kencang, pohon bambu bergoyang dan mengeluarkan desis suara, mengikuti irama angin. Tapi, tidak pernah tumbang. Sementara itu, pohon-pohon lain dengan batang lebih besar, justru tidak kuat menghadapi ganasnya angin. Inilah yang saya sebut dengan fleksibilitas. Pelajarannya? Kita perlu fleksibel dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Dengan begitu, kita tetap akan hidup dan berjaya.
Nah, pembaca, saatnya belajar dari pohon bambu!